Friday, 22 September 2017
Ahli kimia Asima Chatterjee muncul pada Google Doodle hari ini, Sabtu, 23 September 2017. Wanita asal India tersebut dikenal karena karyanya dalam bidang kimia organik dan phytomedicine.
Karena itu dalam Google Doodle digambarkan karikatur Chatterjee lengkap dengan kacamata berbingkai besar khas yang menjadi ciri khasnya. Juga struktur senyawa kimia bernuansa hijau yang merepresentasikan kimia organik, bidang yang ditekuni Chatterjee.
Saat ia tumbuh dewasa di Calcutta, pada era 1920-1930an sangatlah jarang ditemui perempuan yang mempelajari bidang kimia. Chatterjee Chatterjee yang tertarik mempelajarinya, menjadi sebuah kejutan bagi dunia pendidikan kala itu.
Chatterjee tidak hanya menyelesaikan studinya di jurusan Kimia organik. Namun lebih dari itu, ia berhasil meraih gelar Doctorate of Science, sekaligus menjadi wanita pertama di India yang berhasil meraih gelar tersebut.
Penelitian yang dilakukan Chatterjee kemudian menjadi pilar penting bagi perkembangan dunia obat-obatan. Dia memang fokus dalam mempelajari sifat tanaman obat asal India. Sepanjang karirnya, penelitian yang dilakukannya berkontribusi besar terhadap pengembangan obat-obatan yang mengobati epilepsi dan malaria.
Kontribusi Chatterjee yang paling dikenal adalah karyanya yang terkait Vinca Alkaloid. Ini adalah senyawa yang terbuat dari tumbuhan, dan sering digunakan sebagai pengobatan penyakit medis.
Vinca Alkaloid berasal dari tanaman periwinkle Madagaskar. Saat ini, ia digunakan dalam kebutuhan kemoterapi, karena memiliki fungsi untuk memperlambat atau menghentikan sel kanker agar tidak bertambah banyak.
Menjadi wanita India pertama yang meraih gelar Doctorate of Science, Asima Chatterjee konsisten dalam meneliti tanaman obat. Ketertarikannya untuk mempelajari kimia organik, terutama tanaman obat-obatan asal India, ternyata dipengaruhi sosok sang ayah.
Adalah Dr. Indra Narayan Mukherjee, seorang ahli botani amatir di India. Belajar dari sang ayah, Chatterjee berhasil mengembangkan potensi dirinya menjadi seorang ahli kimia.
Berdasarkan biografi yang ditulis Indian Academy of Sciences, kesuksesan Chatterjee juga didorong oleh kerja keras dan perjuangannya untuk menggali ilmu. Ia menghabiskan hari-harinya untuk melakukan penelitian. Ditengah kondisi universitas yang paling tidak lengkap laboratoriumnya. serta bahan-bahan kimia yang tidak memadai, juga dengan bantuan keuangan yang minim.
Kala itu, beasiswa dan bantuan penelitian adalah hal yang tidak mudah untuk didapatkan. Sebagian besar mahasiswa harus bekerja paruh waktu untuk bisa menyelesaikan studi. Selain itu, kala itu peneliti adalah profesi yang hampir tidak memiliki prospek pekerjaan apapun.
Namun di tengah keterbatasannya tersebut, Chatterjee mampu membuktikan terutama pada warga India kala itu bahwa dirinya mampu meraih kesuksesan yang berkontribusi besar bagi dunia. Karakternya yang tidak pernah puas dengan pencapaiannya, membuatnya terus berusaha untuk melakukan yang terbaik dan ternyata menjadi kunci kesuksesannya.
"Saya ingin bekerja selama saya hidup," ujar Chatterjee mengungkapkan filosofi hidupnya. Ia meninggal di usia 90 tahun, karena penyakit komplikasi yang dideritanya.
Penelitian yang dilakukan Chatterjee kemudian menjadi pilar penting bagi perkembangan dunia obat-obatan. Dia memang fokus dalam mempelajari sifat tanaman obat asal India. Sepanjang karirnya, penelitian yang dilakukannya berkontribusi besar terhadap pengembangan obat-obatan yang mengobati epilepsi dan malaria.
Kontribusi Chatterjee yang paling dikenal adalah karyanya yang terkait Vinca Alkaloid. Ini adalah senyawa yang terbuat dari tumbuhan, dan sering digunakan sebagai pengobatan penyakit medis.
Hari ini, Sabtu, 23 September 2017, Asima Chatterjee muncul pada Google Doodle memperingati 100 tahun kelahirannya. Google Doodle mengingatkan dunia, terutama generasi muda, akan sosok wanita yang luar biasa semangat dan prestasinya di bidang sains tersebut.
0 Response to "Siapakah Sosok Google Doodle Hari ini ?"
Post a Comment